Ibnu
Taimiyah (1263/1328)
|
|
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Era
|
Zaman Pertengahan Akhir
|
Agama
|
|
Aliran
|
|
Gagasan penting
|
Kembali kepada Al-Quran
dan As-Sunnah dengan pemahaman para Salafush Shalih
|
Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah
bin Taimiyah al Harrani (Bahasa Arab: أبو عباس تقي الدين أحمد بن عبد السلام بن عبد الله ابن تيمية الحراني), atau yang biasa
disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H), adalah seorang
pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam,
yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan Sahabat Nabi,
kemudianTabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah
contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
Biografi
Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin
Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul
Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama
yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz).
Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan
dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 1268), Ibnu Taimiyah dibawa
ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan
tentara Mongol atas Irak.
Perkembangan dan hasrat keilmuan
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya.
Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafalkan
Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli
hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama
tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah
menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan
bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian
Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.
Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang
ulama besar dari Aleppo, Suriah yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu
Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan
tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu
Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika
disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan
ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini
hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada
seorang bocah sepertinya".
Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para
ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab
yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan
menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Kepribadiannya
Dia adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh
berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah berkata: ”Jika
dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah
yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang.
Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan
baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk
berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”
Menjadi jenderal
Dia pernah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab, dekat kota
Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan dia mendapat kemenangan yang gemilang.
Pada Februari 1313, dia juga bertempur di kota Jerussalem dan mendapat
kemenangan. Dan sesudah karirnya itu, dia tetap mengajar sebagai profesor yang
ulung[3]
Pendidikan dan karyanya
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh
berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis
menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia
dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia
telah hafal Al-Qur'an. Kemampuannya dalam
menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi
fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu
rijalul hadits (perawi hadits) yang
berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam
hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang
termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan
ayat-ayat sebagaihujjah (dalil), ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu
mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam
ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari
semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai
pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh
Ibnul Wardi bahwa karangannya
mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa
yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam
Wafatnya
Ibnu Taimiyah meninggal penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan
oleh salah seorang muridnya Ibnul Qayyim,
ketika dia sedang membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar yang berbunyi"Innal
Muttaqina fi jannatin wanaharin"[3] . Ia berada di penjara
ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh
hari lebih. Di masa tuanya, dia menulis banyak kitab sekaligus mengisi
waktunya. Dia dipenjara karena berseberangan dengan pemerintah di zamannya.[4] Sewaktu menulis, dia
sering juga saling bersurat-suratan kepada kawan-kawannya. Akhirnya, pihak
pemerintah merampas semua peralatan tulisnya, tinta, dan kertas-kertas dari
tangan dia. Namun, dia tidak pernah patah arang. Dia banyak berdakwah dengan
menulis surat kepada kawan-kawannya, dan teman-temannya memakai arang.
Sehingga, dengan terang, dia berkata, "Orang yang diopenjara adalah orang
yang dipenjara harinya dari Rabbnya; sedang, orang yang tertawan adalah orang
yang ditawan oleh hawa nafsunya."[4] Ia wafat pada tanggal 20
Dzulhijjah 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan
saudaranya, Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin.
Jenazahnya disalatkan di masjid Jami` Bani Umayah sesudah
salat Zhuhur dihadiri para pejabat pemerintah, ulama, tentara serta para
penduduk.
Pada saat itu, tidak ada seorangpun yang tak hadir melayat
kecuali ada yang berhalangan, para wanita yang berjumlah kira-kira 15.000 orang
juga datang melayat, ini belum termasuk suara isakan tangis dan doa yang
terdengar di atas rumah-rumah sepanjang jalan menuju makam, sementara lelaki
yang hadir diperkirakan 60.000 bahkan sampai 100.000 pelayat menurut kesaksian
Ibnu Katsir.pat puj
Peninggalan
Sepanjang hidupnya, dia dikenal banyak sekali mendapat
pujian dan celaan. Banyak kalangan ulama yang memujinya, dan sebagian ahli
fiqih mencela dia karena ketidaktahuan mereka. Adapun ajarannya yang
benar-benar memurnikan tauhid dari kesyirikan, khurafat, dan bid'ah, telah mengena dan diikuti
oleh pengikut Salafi yang anti-kesyirikan.
Adapun, pada diri-pribadi Syaikh Ibnu Taimiyyah rahimahullahu 'alaih (رَحِمَهُ الله عَلَيْهِ), telah banyak kitab
tentang studi pada biografi hidup dia; seperti kitab, risalah ilmiah, maupun
yang bukan ilmiah, itu baik dari bahasa Arab, ataupun yang bukan bahasa Arab.
Studi tentang kehidupan dia bukan hanya tentang kehidupan dia saja, berikut
tentang kepribadian, dan keilmuannya, dan karya-karyanya begitu banyak.[5]
“ Barang siapa yang ingin untuk mengambil
contoh maka ambilah dari orang yang telah meninggal “
Karena boleh jadi orang yang pertengahan
hidupnya baik dan ternyata pada akhirnya berada dalam kesesatan.
Maka tokoh yang satu ini adalah salah satu
contoh figur yang pantas untuk kita jadikan panutan karena keistiqomahan beliau
dalam dien ini hingga ajal menjemput. Dan hampir pada setiap karya – karya
tulis ilmiyah diniyah pasti mencantukan aqwal beliau. Beliau adalah syeikhul
islam ibnu Taimiyah. Sedikit kami ketengahkan kehadapan para pembaca sekalian
biografi singkat beliau.
Diterjemahkan dari Iqtidho’
Shirothil Mustaqim Li Mukholafatil Ashabil Jahim yang ditahqiq dan dita’liq
oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql hafizhahullahPenerjemah: Abu Ismail
Muhammad Abduh Tuasikal
Nasab Beliau
Beliau adalah Syaikhul Islam Al Imam Ahmad bin
Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khadr bin Muhammad
bin Al Khadr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Harani Ad Dimasyqi. Nama
Kunyah beliau adalah Abul ‘Abbas.
Kelahiran dan Pertumbuhan
Beliau
Beliau lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 661
Hijriah di Haran. Ketika berumur 7 tahun, beliau berpindah ke Damaskus bersama
ayahnya dalam rangka melarikan diri dari pasukan Tartar yang memerangi kaum
muslimin. Beliau tumbuh di keluarga yang penuh ilmu, fikih, dan agama. Buktinya
adalah banyak dari ayah, kakek, saudara, dan banyak dari paman beliau adalah ulama
yang terkenal. Di antaranya adalah kakek beliau yang jauh (kakek nomor 4),
yaitu Muhammad bin Al Khadr, juga Abdul Halim bin Muhammad bin Taimiyyah dan
Abdul Ghani bin Muhammad bin Taimiyyah. Juga kakek beliau yang pertama, yaitu
Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyyah Majdud Diin nama kunyahnya adalah Abul
Barakaat, memiliki beberapa tulisan di antaranya: Al Muntaqa min Al Ahadits Al
Ahkam (kitab ini disyarah oleh Imam Syaukani dengan judul Nailul Author, pent),
Al Muharrar dalam bidang fiqih, Al Muswaddah dalam bidang Ushul Fiqh, dan
lainnya. Begitu juga dengan ayah beliau, Abdul Halim bin Abdus Salam Al Harani
dan saudaranya, Abdurrahman dan lainlain. Di lingkungan ilmiah dan shalihah
ini, beliau tumbuh. Beliau memulai menuntut ilmu pertama kali pada ayahnya dan
juga pada ulama-ulama Damaskus. Beliau telah menghafalkan Al Quran sejak kecil.
Beliau juga telah mempelajari hadits, fikih, ilmu ushul, dan tafsir. Beliau
dikenal sebagai orang yang cerdas, memiliki hafalan yang kuat dan memiliki
kecerdasan sejak kecil. Kemudian beliau intensif mempelajari ilmu dan
mendalaminya. Sehingga terkumpul dalam diri beliau syarat-syarat mujtahid
ketika masa mudanya. Maka tidak lama kemudian beliau menjadi seorang imam yang
diakui oleh
Ulamaulama besar dengan ilmu, kelebihan, dan
keimamannya dalam agama, sebelum beliau berusia 30 tahun.
Karya Ilmiah Beliau
Dalam bidang penulisan buku dan karya ilmiah,
beliau telah meninggalkan bagi umat Islam warisan yang besar dan bernilai.
Tidak henti-hentinya para ulama dan para peneliti mengambil manfaat dari
tulisan beliau. Sampai sekarang ini telah terkumpul berjilid-jilid buku,
risalah (buku kecil), Fatawa dan berbagai masa’il (pembahasan suatu masalah)
dari beliau dan ini yang sudah dicetak. Sedangkan yang tersisa dari karya beliau
yang masih belum diketahui atau tersimpan dalam bentuk manuskrip masih banyak
sekali.
Beliau tidaklah membiarkan satu bidang ilmu
dan pengetahuan yang bermanfaat bagi umat dan mengabdi pada umat, kecuali
beliau menulisnya dan berperan serta di dalamnya dengan penuh kesungguhan dan
ketelitian. Hal seperti ini jarang sekali ditemui kecuali pada orang-orang yang
jenius dan orang yang jenius adalah orang yang sangat langka dalam sejarah.
Teman dekat, guru, murid beliau bahkan musuh beliau, telah mengakui keluasan
penelaahan dan ilmu beliau. Buktinya jika beliau berbicara tentang suatu ilmu
atau cabang ilmu, maka orang yang mendengar menyangka bahwa beliau tidak
mumpuni pada ilmu lain. Hal ini dikarenakan ketelitian dan pendalaman beliau
terhadap ilmu tersebut. Jika seseorang meneliti tulisan dan karya beliau dan
mengetahui amal beliau
berupa jihad dengan menggunakan tangan dan
lisan, dan pembelaan terhadap Islam serta mengetahui tentang ibadah dan zikir
beliau, maka sungguh dia akan sangat terkagum-kagum dengan keberkahan waktu dan
kuatnya kesabaran beliau. Maha Suci Allah yang telah mengaruniakan pada beliau
berbagai karunia tersebut.
Jihad dan Pembelaan Beliau
untuk Islam
Banyak orang tidak mengetahui sisi amaliah
dari kehidupan beliau. Banyak orang hanya mengenal beliau sebagai ulama,
penulis, dan ahli fatwa melalui karya beliau yang tersebar. Padahal beliau
memiliki sikap-sikap yang diakui dalam berbagai bidang yang lain, yang beliau
ikut berperan serta dalam menolong dan memuliakan kaum muslimin. Di antaranya:
beliau berjihad dengan pedang dan menyemangati kaum muslimin untuk berperang,
baik dengan perkataan dan perbuatan beliau. Beliau berputar-putar dengan
pedangnya di medan pertempuran dengan menunggang kuda dengan sangat lihai dan
berani. Orang-orang yang menyaksikan beliau dalam peperangan penaklukan kota
‘Ukaa, terkagum-kagum dengan keberaniannya dan serangannya terhadap musuh.
Adapun jihad beliau dengan pena dan lisan. Maka beliau rahimahullah telah
berdiri di depan musuh-musuh Islam dari penganut berbagai agama, aliran, isme
yang batil, dan ahlul bid’ah bagaikan gunung yang kokoh. Kadang dengan
perdebatan langsung, terkadang pula melalui tulisan. Beliau menghancurkan
syubhat-syubhat (racun pemikiran) mereka dan mengembalikan tipu daya mereka
bihamdillah.
Beliau menghadapi ahli filsafat, bathiniyyah
baik dari golongan sufiyyah, isma’iliyyah, , nashiriyyah, dan selain mereka.
Sebagaimana beliau juga menghadapi rafidhah dan golongan yang sesat (atheis).
Beliau hancurkan syubhat-syubhat ahlul bid’ah yang diadakan di sekeliling
masyahid (kuburan yang ramai untuk diziarahi), kuburan secara umum, dan
semacamnya.
Sebagaimana beliau menghadapi jahmiyyah,
mu’tazilah, dan beliau membantah ahlul kalam dan asya’iroh. Orang yang melihat
sisi ini dari kehidupan beliau hampir-hampir menegaskan tidak ada lagi waktu
yang sia-sia yang tersisa dalam kehidupan beliau. Beliau diperangi, diusir,
disakiti, dan dipenjara berkalikali di jalan Allah. Bahkan tatkala menghadapi
ajal, beliau berada di penjara Al Qol’ah, di Damaskus. Tak ada henti-hentinya
bihamdillah bantahan beliau selalu menjadi senjata yang ampuh untuk menghadapi
musuh kebenaran dan orang yang menyimpang. Karena bantahan beliau ini selalu
disandarkan pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
serta petunjuk salafush shalih, dengan kuatnya istinbath (penyimpulan hukum),
pendalilan yang sangat bagus, alasan (argumen) secara syar’i dan akal, dan
luasnya ilmu beliau yang telah Allah karuniai.
Banyak dari paham yang merusak yang laris
manis pada hari ini di tengah-tengah kaum muslimin merupakan perpanjangan
tangan dari firqah-firqah dan isme-isme (pemahaman-pemahaman) yang beliau
hadapi dan semisalnya pula dihadapi oleh pendahulu kita yang shalih. Oleh
karena itu, semestinya para da’i yang ingin memperbaiki umat jangan sampai
lalai dari sisi ini. Seharusnya mereka mengambil faedah dari bantahan-bantahan
yang terlebih dahulu dibuat oleh para pendahulu mereka yang shalih.
Tidaklah aku (Syaikh Nashir Al Aql, pent)
berlebih-lebihan dengan yang akan aku katakan. Bahwasanya tak henti-hentinya
kitab-kitab dan bantahan-bantahan beliau adalah senjata yang paling kuat untuk
menghadapi firqah-firqah sesat dan isme-isme yang merusak ini, yang laris manis
yang mulai muncul lagi pada hari ini. Firqah dan isme ini merupakan
perpanjangan dari masa lalu. Akan tetapi di antara firqah-firqah itu ada yang
berbaju dengan baju modern dan hanya merubah nama mereka saja. Misalnya
Ba’tsiyyah (sebuah aliran sosialis/sekuler, pent), Isytiraqiyyah (sosialisme),
nasionalisme, Qadianiah (Ahmadiah), Baha’iyyah (aliran sesat di India) dan
firqah-firqah yang lain. Ada pula yang masih tetap dengan slogannya yang dulu
seperti Syi’ah, Rafidhah, Nashiriyyah, Isma’iliyyah, Khowarij dan lainlain.
Sifat-Sifat Beliau
Di samping aspek ilmu, pemahaman agama, dan
amar ma’ruf nahi mungkar (memerintahkan yang baik dan melarang dari
kemungkaran) yang terkenal dari beliau, sungguh Allah telah mengaruniai beliau
sifat yang terpuji yang sudah dikenali dan diakui oleh banyak orang. Beliau
adalah orang yang dermawan dan mulia, selalu mengutamakan orang-orang yang
membutuhkan melebihi dari diri beliau sendiri, baik dalam hal makanan, pakaian,
dan selainnya. Beliau adalah orang yang sering beribadah dan membaca Al Quran.
Beliau adalah orang yang wara’ dan zuhud, hampir-hampir beliau tidak memiliki
sesuatu pun dari kesenangan dunia, kecuali yang merupakan kebutuhan pokok
(primer) dan sifat seperti ini sudah diketahui oleh orang-orang pada zamannya,
sampai-sampai orang awam pun mengetahuinya. Beliau juga orang yang tawadhu’
dalam penampilan, pakaian, dan interaksi beliau dengan orang lain. Beliau tidak
pernah memakai pakaian yang mewah atau pun jelek (beliau selalu berpakaian yang
tengah-tengah, tidak mewah dan tidak jelek pent). Beliau tidaklah
memaksamaksakan diri (berbasa-basi) terhadap orang yang beliau temui. Beliau
terkenal sebagai orang yang karismatik dan keras dalam membela kebenaran.
Beliau memiliki karisma yang luar biasa di depan penguasa, ulama, dan orang
awam. Setiap orang yang melihat beliau, akan langsung mencintai, segan, dan
menghormati beliau, kecuali ahlul bid’ah yang diliputi rasa dengki. Sebagaimana
beliau terkenal sebagai orang yang sangat sabar di jalan Allah, beliau juga
memiliki firasat yang kuat dan memiliki doa yang mustajab. Beliau juga memiliki
karamah lain yang diakui. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas
dan menempatkannya di surgaNya.
Masa Beliau
Sungguh beliau rahimahullah telah hidup di
suatu masa yang terdapat banyak bid’ah dan kesesatan. Banyak isme-isme yang batil
berkuasa. Semakin bertambah pula syubhat (racun pemikiran). Kebodohan, ta’ashub
(fanatik) dan taqlid buta (mengikuti seseorang tanpa dalil) semakin tersebar.
Pada saat itu pula, kaum muslimin diperangi oleh pasukan Tartar dan pasukan
Salib (dari orangorang
Eropa). Kita akan mendapati potret masa beliau
dengan jelas dan gamblang melalui buku-buku beliau yang ada di hadapan kita.
Karena beliau sangat perhatian dengan urusan kaum muslimin. Beliau juga
berperan serta menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan pena, lisan dan
tangannya. Barang siapa yang memperhatikan tulisan-tulisan beliau, maka akan
mendapati gambaran bentuk ini pada masa beliau:
1. Semakin banyaknya bid’ah dan syirik,
lebih-lebih kesyirikan yang terdapat di sekitar masyahid dan kuburan yang
diziarahi dan palsu. Juga i’tiqod (keyakinan) yang batil terhadap orang yang
hidup dan yang mati. Mereka diyakini dapat memberi manfaat dan dapat memberi
kesusahan. Maka mereka diseru/didoai sebagai sesembahan selain Allah.
2. Tersebarnya filsafat, penyimpangan, dan
perdebatan.
3. Tasawuf dan tarekat-tarekat sufi yang sesat
menguasai orang-orang awam. Tersebar pula di sana isme-isme dan pemikiran
bathiniyyah.
4. Rafidhah semakin berperan dalam urusan kaum
muslimin. Mereka menyebarkan bid’ah dan kesyirikan di tengah-tengah kaum
muslimin. Mereka mengendurkan semangat umat untuk berjihad. Bahkan mereka
membantu pasukan Tartar yang merupakan musuh kaum muslimin.
5. Pada akhirnya, kita lihat semakin kuatnya
Ahlusunnah wal Jamaah dengan sebab beliau. Beliau memotivasi dan memberikan
semangat kepada Ahlusunnah. Hal ini memiliki pengaruh yang bagus bagi kaum
muslimin hingga saat ini dalam menghadapi bid’ah dan kemungkaran, amar ma’ruf
nahi munkar, menasihati pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum. Syaikhul
Islam di zamannya tegar dalam menghadapi penyimpangan-penyimpangan ini dengan
sikap yang telah diakui. Beliau memerintahkan, melarang, menasihati,
menjelaskan sehingga Allah memperbaiki banyak keadaan kaum muslimin dengan
tangan beliau. Allah telah menolong Sunnah dan Ahlusunnah melalui beliau,
walhamdulillah.
Wafat Beliau
Sesungguhnya di antara tanda kebaikan orang
shalih dan diterimanya dia di tengah-tengah kaum muslimin adalah: orang-orang
merasa kehilangannya tatkala dia meninggal dunia. Oleh karena itu, para salaf
menilai banyaknya orang yang menyalati merupakan tanda kebaikan dan diterimanya
orang tersebut. Oleh karena itu, Imam Ahmad – rahimahullah mengatakan, “Katakan
pada Ahlul Bid’ah, perbedaan antara kami dan kalian adalah pada hari kematian”,
yaitu orang-orang akan merasakan kehilangan Imam Ahlusunnah, apabila imam itu
meninggal akan terlihat banyaknya orang yang mengiringi jenazahnya ke
pemakaman. Sungguh realita telah menunjukkan hal itu. Belum ada yang pernah
terdengar seperti kematian dua imam (yang samasama bernama Ahmad, pent) yaitu
Imam Ahmad bin Hambal dan Ahmad bin Taimiyyah ketika keduanya meninggal. Begitu
banyak orang yang mengiringi ke pemakaman dan keluar bersama jenazah keduanya
serta menyalati keduanya. Ini bukanlah suatu yang aneh karena kaum muslimin
adalah saksi Allah di bumi ini. Demikianlah Syaikhul Islam rahimahullah wafat,
dalam keadaan beliau terpenjara di penjara Al Qol’ah, Damaskus, pada malam
Senin, 20 Dzulqo’dah 728 Hijriyah. Seluruh penduduk Damaskus dan sekitarnya
merayap untuk menyalati dan mengiringi jenazah beliau ke pemakaman. Berbagai
referensi yang menyebutkan kematian beliau sepakat bahwa yang menghadiri
pemakaman beliau adalah jumlah yang sangat besar sekali yang tidak bisa
dibayangkan jumlahnya. Semoga Allah merahmati dan memberi balasan dengan
kebaikan yang banyak atas jasa beliau terhadap Islam dan kaum muslimin. (iroel)
Sumber penulisan biografi ini :
1. Al I’lam, Khoiruddin Az
Zarkali. (1/144)
2. Al A’laam Al ‘Aliyyah fii
Manaqib Ibnu Taimiyyah, Al Hafidz Umar Al Bazzar, ditahqiq
oleh Asy Syawisy.
3. Al Bidayatu wan Nihayah,
Ibnu Katsir. (135139/14)
4. Syadzarotudz Dzahab, Ibnul
‘Ammaad. (8086/6)
5. Fawatul Wifayaat, Muhammad
Ibnu Syakir Al Kutubi. (7480/1)
6. Kitabudz Dzail ‘ala
Thobaqotil Hanabilah, Abul Faroj Abdurrahman bin Ahmad Al
Baghdadi. (387 – 408)
7. Manaqib Al Imam Ahmad bin
Hambal. Ibnul Jauzi, ditahqiq oleh Dr. Abdullah bin
Abdul Muhsin At Turki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar